Berkreasi, Berkarya, Berinovasi melalui Tulisan di MADING MI AL MURSYIDAH MANCILAN (Oleh Arinta Fajarhani Astuti, S. Pd.)

Sebuah lembaga pendidikan tentunya akan melakukan banyak hal baik untuk semua siswanya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi siswa yang sedang belajar di dalamnya. Dengan banyak belajar melalui pengalaman langsung dan berharga, seorang siswa akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan melekat dalam pikirannya. Suparno [1997, dalam https://dpmg.bandaacehkota.go.id/] mengatakan, pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang-orang yang sedang dalam proses pembelajaan. Pembelajaran bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa.

Menurut Kardi (1997) dalam Trianto (2015), (dalam https://www.wawasanpendidikan.com/2019/) menyatakan bahwa Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik dan kerja kelompok. pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.

Berdasarkan hal tersebutlah, MI Al Mursyidah Mancilan merancang beberapa kegiatan untuk memberikan pembelajaran langsung dan bermakna pada para siswanya. Salah satu kegiatan yang dekat dengan hal tersebut adalah kegiatan Mading. Kegiatan ini berpusat pada pelatihan literasi secara langsung dan bermakna. Elizabet Sulzby pada tahun 1986 (dalam https://www.ayovaksindinkeskdi.id/) menyatakan mengenai definisi literasi sebagai kemampuan untuk berbahasa yang dimiliki seseorang. Dimana untuk kemampuan berbahasa tersebut digunakan dalam komunikasi, baik berbicara, membaca, menulis, maupun menyimak dengan berbagai cara. Secara singkat definisi literasi dari Elizabeth Sulzby merupakan kemampuan individu dalam membaca dan menulis.

Dalam kegiatan Mading para siswa dilatih untuk bisa berkomunikasi secara langsung dan tidak langsung dengan pihak lain. Komunikasi secara langsung disini dimaksudkan adalah kegiatan wawancara pada beberapa pihak, terutama jika ada kegiatan yang berlangsung di madrasah, wawancara pada narasumber kegiatan dan wawancara pada pihak madrasah sendiri. Kegiatan in tidak serta merta meminta siswa untuk bicara seadanya dan semaunya, namun siswa dilatih dan diajak untuk menyampaikan sesuatu sesuai dengan tujuannya, sesuai dengan informasi yang ingin didapatkan. Komunikasi secara tidak langsung disini dimaksudkan adalah adanya kegiatan menyampaikan inspirasi melalui tulisan dan gambar yang disajikan dalam karya mading yang bisa dibaca dan dinikmati oleh semua pihak di madrasah, baik itu para siswa, guru, wali siswa bahkan beberapa tamu madrasah yang datang dan calon siswa MI Al Mursyidah Mancilan. Dengan jalur secara tidak langsung ini, para siswa akan terlatih untuk menyampaikan segala sesuatu dalam pikirannya sesuai dengan jalur yang disiapkan. Menyampaikan pendapat seperti hal tersebut tidak akan membuat siswa menjadi lebih pasif karena komunikasi secara tidak langsung, namun siswa akan lebih leluasa dalam mengungkapkan pikirannya.

Seperti tujuan Literasi yang sudah dikemukakan di atas, kegiatan mading merupakan wadah untuk para siswa menyalurkan pikirannya dalam bentuk tulisan yang bisa dibaca oleh semua pihak. Dalam program kerja yang sudah disusun dan dijalankan dalam jurnal kegiatan ekstrakurikuler, mading berusaha mengajak siswa (terutama siswa kelas 5 dan 6) untuk selalu berliterasi dalam berbagai media. Mengapa hanya siswa kelas 5 dan kelas 6 saja? Pada awal kegaitan mading, memang ditujuan untuk melatih dan membiasakan siswa kelas besar untuk selalu meningkatkan kebiasaan terutama membaca. Hal ini dipicu oleh hasil asesment nasional yang menyatakan bahwa MI Al Mursyidah Mancilan dan banyak lembaga lainnya masih perlu meningkatkan kemampuan literasinya. Riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. (dalam
https://www.kominfo.go.id/). Berdasarkan hasil riset tersebut MI Al Mursyidah Mancilan mencoba merubah kebiasaan siswa sejak dini dengan mengadakan kegiatan yang berfokus pada literasi, tujuannya bukan untuk mengubah dunia namun untuk membiasakan diri dan menularkan kebiasaan tersebut pada yang lain. Anggota mading percaya bahwa dengan perubahan yang dilakukan dari diri sendiri akan membawa dampak yang cukup besar bagi lingkungannya.

Dalam menjalankan programnya, kegiatan Mading banyak melakukan pelatihan pada siswa terutama untuk menuliskan sesuatu yang utuh, hingga beberapa hasil dari tulisan para anggotanya dibukukan dan dijadikan sebuah karya bersama, selain menyusun artikel bersama untuk dipajang di tempat mading seperti mading klasik pada umumnya. Dalam kegiatan tersebut para siswa tidak hanya dilatih untuk menulis secara manual. Namun kegiatan yang sesuai dengan generasi milenial dan Z juga dilakukan seperti penggunaan media elektronik seperti pengetikan dan edit visualisasi yang layak untuk ditampikan di depan khalayak umum. Dengan mengajarkan literasi sejak dini ditambah lagi dengan penggunaan teknologi yang disukai oleh anggotanya diharapkan siswa bisa lebih tertarik dan terbiasa berliterasi untuk memajukan kehidupan. Salam literasi.