You need to enable javaScript to run this app.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAH AL FALAQ MELALUI METODE TALQIN PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADIS KELAS III DI MI AL MURSYIDAH DESA MANCILAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG. Oleh: MAHFUD S.Pd.I

  • Jum'at, 13 Januari 2023
  • Administrator
  • 0 komentar
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAH AL FALAQ MELALUI METODE TALQIN PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADIS KELAS III DI MI AL MURSYIDAH DESA MANCILAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG. Oleh: MAHFUD S.Pd.I

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAH AL FALAQ MELALUI METODE TALQIN PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADIS KELAS III DI MI AL MURSYIDAH DESA MANCILAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Oleh: MAHFUD S.Pd.I NIM.

LPTK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN AGUSTUS 2021
II


DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
 DAFTAR ISI .................................................................................... ............ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
   A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
  B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tindakan yang Dipilih .......................................................................... 5
  D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
  E. Lingkup Penelitian ................................................................................ 5
  F. Signifikansi Penelitian ........................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 6
A. Kemampuan Menghafal Al-Qur'an ......................................................... 6
  B. Metode Talqin ..................................................................................... 21
C. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 25
D. Kerangka Berfikir ............................................................................... 26
 E. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 27
  A. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 27
B. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................... 29
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 29
  D. Prosedur Observasi ............................................................................. 29
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 34
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 35

III

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 38
  A. Paparan Data ....................................................................................... 38
B. Uji Hipotesis ....................................................................................... 42
  C. Pembahasan ......................................................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 65
A. Kesimpulan ......................................................................................... 65
  B. Saran.................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Melalui proses belajar, peserta didik akan memiliki pengetahuan, kecakapan atau keterampilan dan nilai nilai. Dari pengalaman belajar yang dijalani oleh peserta didik, maka mereka akan mampu memaknai setiap proses kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung yang diserap oleh indera mereka. Dalam proses inilah mereka akan mengerti dan memahami setiap butir-butir materi pelajaran yang berharga yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan bersosial ataupun bermasyakat dan diharapkan dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni dari masing-masing mereka, nantinya mereka akan berguna bagi orang-orang terdekatnya, baik di keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal. Proses belajar yang baik tentunya akan menghasilkan sebuah hasil yang baik pula. Untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan nyaman, guru diharapkan memiliki metode atau strategi khusus sebagai monitor proses pembelajaran dan sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, yang memiliki kemampuan dan kreatifitas dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, guna memenuhi kebutuhan peserta didik yaitu suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar. Berbagai upaya dapat dilakukan seorang guru untuk menciptakan suasana dan kondisi belajar yang efektif dengan menerapkan berbagai metode ataupun strategi yang sesuai dengan keadaan peserta didik. Strategi yang digunakan dapat dimaksimalkan oleh guru selaku pendidik dengan bantuan fasilitas yang tersedia di dalam kelas belajar. Dengan adanya kreatifitas dari seorang guru dalam menerapkan metode ataupun strategi di dalam proses belajar mengajar di kelas, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik baik dari segi
kognitif, afektif maupun psikomotorik secara tepat. Bagi para peserta didik, dalam memahami pelajaran biasanya mereka mampu menguasai materi pelajaran dengan cara membaca, menulis, dan menghafal dan cara lainnya. Peserta didik biasa melakukan hafalan materi pelajaran guna menanamkan ke dalam ingatannya, agar semua materi dapat diingat kembali saat diujikan. Kemampuan peserta didik dalam menghafal sangatlah beragam, sebagian mampu menghafal materi yang bersifat verbal ataupun bahasa namun sebagian yang lainnya lebih mudah menghafalkan rumus-rumus matematika. Beragamnya kemampuan dalam menghafal inilah yang menjadi kekurangan dalam memenuhi kompetensi dasar yang menjadi tujuan dasar pembelajaran. Pada mata pelajaran Al-Qur‟an hadis di MI banyak mengandung materi ayat-ayat Al-Qur‟an. Ayat-ayat tersebut biasanya untuk dihafal oleh peserta didik, tidak hanya ayat- ayatnya namun juga mengandung arti yang harus dipahami dan juga dihafalkan. Ayat-ayat tersebut biasanya berupa ayat- ayat pendek ataupun Q.S Al falaqdalam Al-Qur‟an. Al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi umat pengikut Nabi Muhammad, yang isinya dijadikan petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia, sebagai ladang amal yang akan dituai hasilnya di alam yang kekal nantinya yang disebut akhirat. Al-Qur‟an juga menjadi mukjizat terbesar yang diterima oleh Nabi Muhammad saw selaku pemimpin umat islam, yang menjadi tauladan mulia bagi pengikutnya. Kisah-kisah para Nabi sebelum Nabi Muhammad saw juga tertulis di dalam Al-Qur‟an, perintah dan larangan Allah kepada hambaNya. Maka sangatlah penting jika ayat-ayat al-quran ditanamkan sejak dini kepada para peserta didik, agar mereka memiliki bekal keimanan terhadap Al- Qur‟an guna menempuh pendidikan pada jenjang selanjutnya. Apabila Al- Qur‟an diamalkan oleh mereka mulai dari membaca, menulis, menghafal serta di jadikan petunjuk oleh mereka, maka mereka akan mendapatkan kemulian di dunia dan ketenangan secara lahir dan batin dalam menjalani kehidupan didunia.
Menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an juga memiliki banyak manfaat bagi setiap orang, peserta didik diharapkan mampu mengamalkan setiap ayat-ayat yang dihafal ke dalam shalat baik yang lima waktu atau shalat sunah lainnya. Selain mengamalkan ayat-ayatnya juga diharapkan mampu mengamalkan isi kandungan di dalam ayat-ayat yang telah dihafal, baik itu berbentuk menjauhi larangan maupun mematuhi perintah yang diterangkan oleh Al- Qur‟an. Kemampuan menghafal peserta didik juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan tidak berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada umumnya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri peserta didik baik fisik ataupun psikis. Adapun faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik ataupun lingkungan peserta didik seperti lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan sekolah merupakan tempat yang sangat strategis untuk mempengaruhi belajar peserta didik, khususnya menghafal. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu merancang strategi yang tepat agar peserta didik mudah, nyaman dan senang dalam menghafal, bukan malah menjadikan kegiatan menghafal sebagai suatu kegiatan yang ditakuti para peserta didik dan membosankan bagi mereka. Berdasarkan pengalaman mengajarkan Al-Qur‟an hadis semasa mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Al mursyidah, yaitu pada surat-surat pendek, selalu mengalami hambatan dan kesulitan, yang menjadi hambatan yaitu para peserta didik sangatlah lambat dalam menghafalkan surat-surat yang dipelajari. Hal itu tidak hanya karena faktor peserta didik, melainkan metode atau strategi yang digunakan belum tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapi dalam kelas. Metode yang selama ini dilakukan yaitu guru meminta seluruh peserta didik untuk mengahafalkan sekaligus, sehingga para peserta didik merasa terbebani oleh perintah gurunya, dan rasa takut jika tidak hafal dengan cepat akan mendapatkan nilai yang rendah dari gurunya, peserta didik juga

kurang nyaman dalam menghafal bahkan hafalan mereka relatif akan mudah hilang dalam waktu singkat. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan metode lain yang mungkin lebih berkesan bagi peserta didik setingkat MI dalam menjalani proses pembelajaran khususnya saat menghafal surat Al falaq dengan cara menerapkan metode talqin. Walaupun metode ini terkesan memakan waktu yang lama, namun diharapkan kemampuan menghafal peserta didik dapat meningkat dari sisi kualitas bacaan dan hasilnya bertahan lebih lama. Dalam menerapkan metode ini mungkin akan terjadi hambatan, namun peneliti tetap ingin menerapkannya karena metode ini belum pernah digunakan oleh guru yang mengajar di sekolah ini, khususnya guru yang bertanggungjawab pada mata pelajaran Al-Qur‟an hadis. Berdasarkan pengamatan pada Madrasah Ibtidaiyah Al mursyidah, peneliti menyimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam proses belajar tidaklah efektif dan cenderung membosankan bagi para peserta didik, sehingga peserta didik merasa malas untuk menghafal karena merasa jenuh dengan situasi yang kurang menarik. Untuk menangani hal itu maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Siswa Melalui Metode Talqin Pada Materi Surah Al falaq Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadis Kelas III di MI Al mursyidah Desa mancilan mojoagung jombang Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah : 1. Bagaimana kemampuan menghafal Q.S Al falaq mata pelajaran Al- Qur‟an hadis di kelas III MI Al mursyidah sebelum menggunakan metode talqin? 2. Bagaimana kemampuan menghafal Q.S Al falaq mata pelajaran Al- Qur‟an hadis di kelas III MI Al mursyidah dengan menggunakan metode talqin?

3. Apakah dengan dengan menggunakan metode talqin dapat meningkatkan kemampuan menghafal Q.S Al falaq mata pelajaran Al-Qur‟an hadis di kelas VI MI Al mursyidah ? B. Tindakan yang Dipilih Adapun tindakan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemberian metode dan strategi baru yang lebih efektif dan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menghafal siswa. C. Tujuan Penelitian Bertitik Tolak dari rumusan masalah diatas,maka tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui kemampuan menghafal Q.S Al falaq mata pelajaran Al- Qur‟an hadis di kelas III MI Al mursyidah sebelum menggunakan metode talqin. 2. Untuk mengetahui kemampuan menghafal Q.S Al falaq mata pelajaran Al- Qur‟an hadis di kelas III Al mursyidah dengan menggunakan metode talqin. 3. Untuk mengetahui metode talqin di kelas III Al mursyidah dapat meningkatkan kemampuan menghafal siswa. D. Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini dilakukan di MI Al mursyidah pada pelajaran Qur‟an Hadis kelas III semester 1 materi Q.S Al falaq Al falaq. E. Signifikansi Penelitian Adapun signifikansi penelitian ini lebih menekakankan pada metode menghafal Al-Qur‟an khususnya materi Q.S Al falaq.



BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Menghafal Al-Qur’an 1. Kemampuan Menghafal

Salah satu komponen penting dalam belajar adalah kemampuan ingatan dari peserta didik, karena sebagian besar pelajaran di sekolah adalah mengingat. Mengingat juga memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun yang lebih penting dalam peranan proses belajar adalah kemampuan peserta didik untuk memproduksi kembali pengetahuan yang sudah diterimanya, misalnya pada waktu ujian para peserta didik harus memproduksi kembali pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh selama megikuti pelajaran. Menurut Atkinson dan Siffrin, sistem ingatan manusia dibagi menjadi 3 bagian yaitu: Pertama, sensori memori (sensory memory) mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu atau kombianasi pancaindra, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, aroma melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Bila informasi atau stimulus tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan, namun bila diperhatikan maka informasi tersebut ditransfer ke sistem ingatan jangka pendek. Kedua, ingatan jangka pendek (short term memory) dalam suatu saat menyimpan informasi atau stimulus selama kurang lebih 30 detik, dan hanya sekitar tujuh bongkahan informasi (chunks) dapat dipelihara dan disimpan di sistem ingatan jangka pendek suatu saat. Setelah berada di sistem ingatan jamgka pendek, informasi tersebut dapat ditransfer lagi melalui proses rehearsal (latihan /pengulangan kesitem ingatan jangka panjang. Ketiga, ingatan jangka panjang (long term memory) ditranfer ke sistem ingatan jangka panjang untuk disimpan, atau dapat juga informasi tersebut hilang atau terlupakan karena tergantikan oleh tambahan bongkahan informasi yang baru.1 Seiring dengan bertambahnya usia, yang berkait erat dengan perkembangan psikologi anak, seorang peserta didik dapat mengembangkan cara yang lebih baik untuk mengingat sehingga peserta didik lebih mampu mengolah pasukan baru. Salah satu ciri khas dari perkembangan intelektual ialah bertambahnya kemampuan untuk memonitor dan mengarahkan proses berfikirnya sendiri, mulai dari memusatkan pada sesuatu, menyimpan informasi di ingatan jangka pendek dan menggali ingatan jangka panjang. Ciri ini dikenal dengan kemampuan metakognisi yaitu pengetahuan tentang proses berfikir pada diri sendiri dan pada orang lain. Seperti nampak dalam cara menghafal sesuatu secara efisien, sehingga dapat menghafal dan menyelesaikan suatu problem secara lebih cepat. Pengetahuan semacam ini bagi peserta didik yang belajar di sekolah sangat penting.2 Dalam menghafal peserta didik mempelajari sesuatu dengan tujuan memproduksi kembali kelak dalam bentuk harfiah, sesuai dengan perumusan dan kata-kata yang terdapat dalam materi asli. Dengan demikian peserta didik dapat belajar bagaimana cara-cara menghafal yang baik sehingga materi cepat dihafal dan tersimpan dalam keadaan siap direproduksi secara harfiah pada saat dibutuhkan. 2. Pengertian Menghafal Al-Qur’an Tahfidz Al-Qur‟anberasal dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan Al- Qur‟an, yang makna keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama tahfidz yang mempunyai arti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab hafidza-yahfadzu, yaitu lawan dari lupa.3 Untuk memahami arti menghafal, dalam kutipan bahasa Arab yaitu “hafadza” artinya memelihara, menjaga, menghafal. Al-hifdz (hafalan) secara bahsa (etimologi) adalah lawan daripada lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal adalah orang yang menghafal dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal.4 Sedangkan menurut Ibnu Madzkur yang dikutip dalam buku Teknik Menghafal Al- Qur‟an karangan Abdurrab Nawabuddin berkata bahwa menghafal adalah orang yang selalu menekuni pekerjaannya,5 pernyataan ini merujuk pada Al-Qur‟ansurat al-Baqarah ayat 238:6 Kata-kata hifz dalam Al-Qur‟andapat berarti banyak hal, sesuai dengan pemahaman konteksnya. Sebagaimana misalnya firman Allah dalam surat Yusuf ayat 65:7 Al-Qur‟an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw, diturunkan dalam bahasa arab, baik lafaz maupun ulubnya. Suatu bahasa yang kaya kosa kata dan sarat akan makna. Kendali Al- Qur‟an berbahasa arab, dapat memahami Al-Qur‟ansecara rinci. Al-Qur‟anadalah kitab yang agung, memiliki nilai sastra yang tinggi. Meskipun diturunkan kepada bangsa Arab, hingga tidak berdaya di hadapan Al-Qur‟an. Menurut Amroeni Drajat, Al-Qur‟anditurunkan Allah swt kepada manusia sebagai petunjuk mencapai keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat.9 Sedangkan menurut Asnil Aidah Ritonga, Al-Qur‟anadalah firman Allah yang mu‟jiz, diturunkan kepada seorang Nabi yang terakhir, melalui malaikat Jibril yang diriwayatkan kepada ummat secara mutawatir, bagi yang membacanya merupakan ibadah yang dimulai surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.10 Setelah melihat beberapa defenisi dari parah ahli di atas tentang menghafal dan Al-Qur‟an, maka dapat disimpulkan bahwa tahfidz Al- Qur‟an adalah proses untuk menjaga, memlihara dan melestarikan kemurniaan Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya. 3. Hukum Menghafal Al-Qur’an Al-Qur‟anmemperkenalkan diri dengan berbagai ciri dan sifatnya. Salah satunya ialah bahwa ia merupakan salah satu kitab suci yang dijamin keasliannya oleh Allah swt sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad saw hingga sekarang bahkan sampai hari kemudian.Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya pada Q.S. Al-Hijr ayat 9:11 Dengan jaminan Allah dalam ayat tersebut tidak berarti umat islam terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara kemurniannya dari tangan-tangan jahil dan musuh-musuh islam yang tak henti-hentinya berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Al-Qur‟an. Umat islam pada dasarnya tetap berkewajiban untuk secara rill dan konsekuen berusaha memeliharanya, karena pemeliharaan terhadap batas sesuai dengan sunnatullah yang telah ditetapkan-Nya tidak menutup kemungkinan kemurnian ayat-ayat Al-Qur‟anakan diusik dan diputarbalikkan oleh musuh-musuh islam, apabila umat islam sendiri tidak mempunyai kepedulian terhadap pemeliharaan kemurnian Al-Qur‟an. Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian Al-Qur‟anitu ialah dengan menghafalkannya. Dari sini, maka menghafal Al-Qur‟anmenjadi sangat dirasakan perlunya dengan beberapa alasan: 1) Al-Qur‟an diturunkan, diterima dan diajarkan oleh Nabi saw secara hafalan, sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya dalam Q.S. AsSyu‟ara ayat 192-195:12 2) Hikmah turunnya Al-Qur‟an secara berangsur-angsur merupakan isyarat dan dorongan ke arah tumbuhnya himmah untuk menghafal, dan Rasulullah merupakan figur seorang Nabi yang disiapkan untuk mengusai wahyu secara hafalan, agar ia menjadi teladan bagi umatnya. Begitulah yang dilakukan oleh Rasulullah, beliau menerima secara hafalan, mengajarkan secara hafalan dan mendorong para sahabat untuk menghafalkannya. 3) Firman Allah pada ayat 9 surah Al-Hijr di atas bersifat aplikatif, artinya bahwa jaminan pemeliharaan terhadap kemurnian Al-Qur‟an itu adalah Allah yang memberikannya, tetapi tugas operasional secara rill untuk memeliharanya harus dilakukan oleh umat yang memilikinya. Ayat ini pada hakikatnya merupakan peringatan agar umat islam senantiasa waspada terhadap usaha-usaha pemalsuan Al-Qur‟an karena fakta tentang adanya usaha-usaha untuk memalsukan Al-Qur‟an telah muncul sejak masa hidup Rasulullah saw. Namun berkat adanya orang-orang penghafal Al-Qur‟an dari masa ke masa maka usaha-usaha pemalsuan senantiasa dapat diantisipasi dan dapat digagalkan oleh para hafidz pada masanya. 4) Menghafal Al-Qur‟an hukumnya adalah fardu kifayah. Ini berarti bahwa orang yang menhafal Al-Qur‟an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatirsehingga tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci Al-Qur‟an. 5) Sedang dalam Nihayah Qaulul-Mufid, Syekh Muhammad Makki Nashr mengatakan: “Sesungguhnya menghafal Al-Qur‟an di luar kepala hukumnya fardu kifayah”.13 4. Adab Menghafal Al-Quran Dalam hendak menghafal Al-Qur‟an ada beberapa hal yang terlebih dahulu dilihat, segala sifat dan karakter orangnya hendaknya selalu baik, dan menjaga diri jangan sampai ada larangan Al-Qur‟anyang dilakukannya. Hal itu dilakukan demi mengagungkan dan menghormati Al-Qur‟anal-Karim.
Diharapkan tidak melakukan sesuatu atau usaha yang bertentangan dengan seruan Al-Qur‟an. Kemudian, selain itu juga harus menjaga kemuliaan diri dan pribadinya. Dianjurkan bagi orang yang membaca Al-Qur‟anmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Membaca Al-Qur‟an sesudah berwudu‟, karena ia termasuk zikrullah yang palingutama.
b. Membacanya di tempat yang suci dan bersih. Ini dimaksudkan untuk menjaga keagungan Al-Qur‟an. Sebagai seorang muslim harus insaf bahwa Al-Qur‟an merupakan suatu kitab yang di dalamnya berisi firman Allah maka sudah selayaknya membacanya pun harus di tempat yang bersih dan suci.
c. Membacanya dengan khusyu‟, tenang dan penuh hikmat. d. Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca. e. Membaca ta‟awudz sebelum membaca ayat Al-Qur‟an. f. Membaca basmallah pada setiap permulaan surah, kecuali permulaan surah At-Taubah.
g. Membacanya dengan tartil. h. Tadabur/ memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya. Dengan membaca seperti ini, artinya penuh perhatian terhadap ayat-ayat yang dibacanya, maka seorang pembaca akan memahami dan respek terhadap ayat-ayat yang sedang dibaca dan dihafalnya.
i. Membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr yakni dengan suara yang keras lebih utama.
j. Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.14

5. Keutamaan Menghafal Al- Qur’an Keistimewaan Al-Qur‟an perlu dijaga dan diperlihara bagi umat islam, karena selain mampu menjadi pedoman kehidupan umat manusia juga banyak keutamaan yang didapatkan bagi siapa saja yang menjaga nya dengan sungguh-sungguh atau menghafalnya. Al-Qur‟an merupakan satu-satunya kitab suci di muka bumi ini yang terjaga, baik secara lafadz dan isinya. Rasyid Ridha pernah berkata bahwa satu-satunya kitab suci yang dinukil secara mutawatir dengan cara dihafal dan ditulis adalah Al-Qur‟an. 15 Sebagaimana ayat di atas, hal ini merupakan janji Allah swt yang akan selalu menjaganya sampai hari kiamat. Salah satu penjagaan Allah swt terhadap Al- Qur‟an adalah dengan memuliakan para penghafalnya.16 Ada beberapa alasan mengapa seseorang ingin menghafal Al-Qur‟an. Alasan-alasan tersebut antara lain:

a. Menghafal Al-Qur‟an telah dipermudah bagi seluruh manusia, dan tidak ada kaitannya dengan kecerdasan ataupun usia

b. Para penghahafal Al-Qur‟an adalah keluarga Allah dan kelompok pilihan- Nya.

c. Penghafal Al-Qur‟an berhak mendapatkan penghormatan. d. Iri hati yang sebenarnya adalah pada Al-Qur‟an dan penghafalnya. e. Menghafal dan mempelajari Al-Qur‟an adalah lebih baik daripada kesenangan dunia.

f. Penghafal Al-Qur‟an adalah seorang yang paling utama untuk menjadi imam.

g. Pada hari kiamat, Al-Qur‟an akan memberikan syafaat kepada para pembaca dan penghafalnya. Syafaat Al-Qur‟an diterima oleh Allahswt.

h. Menghafal Al-Qur‟an merupakan sebab diselamatkannya seseorang dari api neraka.

i. Hati seorang penghafal Al-Qur‟an tidak akan disiksa Allah dengan api neraka.

j. Sesunguhnya menghafal Al-Qur‟an merupakan tingkat yang tertinggi di dalam surga.

k. Penghafal Al-Qur‟an didahulukan dalam penguburannya, dan tidak dipernkenankan untuk memperlama waktu penguburannya.

l. Menghafal Al-Quran merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat. Bagi penghafal tidak hanya mendapatkan kebaikan dunia melainkan kebaikan akhirat juga.

m. Penghafal Al-Qur‟an akan selalu bersama dengan para malaikat yang mulia dan taat.17 Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan mulia. Banyak sekali hadis-hadis Rasulullah saw yang mengungkapkan keagungan orang yang belajar membaca atau menghafal Al-Qur‟an. Orang- orang yang mempelajari, membaca atau menghafal Al-Qur‟an merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur‟an. 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Menghafal Dalam kegiatan menghafal sesorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang dapat menghambat proses menghafal maupun faktor yang dapat mendukung berjalannya proses menghafal seseorang. Berikut ini faktor-faktor yang menghambat dan mendukung proses menghafal:
a. Hal-Hal yang Menghambat Dalam Menghafal

Dalam proses menghafal seseorang kadang dihadapkan pada permasalahan-permalahan yang dapat menghambat proses menghafal tersebut. Adapun hal-hal yang yang membuat sulit dalam menghafal yaitu:

a. Tidak menguasai makhorijul huruf dan tajwid Salah satu faktor kesulitan dalam menghafal Al-Qur‟an ialah karena bacaan yang tidak bagus, baik dari segi makhorijul huruf, kelancaran membacanya, ataupun tajwidnya. Tanpa menguasai keduanya, bacaan Al-Qur‟annya pun akan kaku, tidak lancar, dan banyak yang salah.

b. Tidak sabar Sabar merupakan kunci kesuksesan untuk meraih cita-cita, termasuk cita-cita dan keinginan untuk menghafal Al-Qur‟an. Ekstra sabar sangat dibutuhkan karena proses menghafal Al-Qur‟an memerlukan waktu yang relatif lama, konsentrasi, dan fokus terhadap hafalan.

c. Tidak sungguh-sungguh Seseorang akan mengalami kesulitan dalam menjalani proses menghafal Al-Qur‟an jika tidak dilakukan dengan kerja keras dan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, seseorang harus harus berusaha untuk menghadirkan mood atau melawan kemalasan, baik pada waktu pagi, siang, dan malam.

d. Tidak menghindari dan menjauhi maksiat Tidak menghindari dan menjauhi perbuatan dosa akan membuat seseorang kesulitan dalam menghafal Al-Qur‟an. Melakukan maksiat melalui mata menjadikan mata seseorang kotor dan ternoda, melihat wanita yang bukan muhrimnya yang memakai pakaian terbuka juga merupakan sebuah musibah. Begitu pula jika seseorang melakukan kemaksiatan melalui telinga dan hati. Sesungguhnya, orang yang menjauhkan dirinya dari perbuatan yang bersinggungan dengan kemaksiatan, niscaya Allah SWT akan membukakan pintu hatinya untuk selalu mengingat- Nya, mencurahkan hidayah kepadanya dalam memahami ayat-ayat-Nya, serta memudahkan mengahafal dan mempelajari Al-Qur‟an.

e. Tidak banyak berdoa Berdoa merupakan senjata bagi umat Islam. Sebagai umat Islam, kita harus yakin bahwa tidak ada yang sia-sia dari usaha berdoa, sekaligus yakin bahwa Allah SWT akan selalu mengabulkan doa, baik secara langsung, ditunda waktunya, atau diganti dengan yang lebih baik dari permintaan semula.

f. Tidak beriman dan bertakwa Untuk menghafal Al-Qur‟an, seseorang harus beriman dan bertakwa kepada Allah SWT melalui media shalat, melakukan semua perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan- Nya. Jika seorang penghafal Al-Qur‟an tidak beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, maka kesulitan-kesulitan dalam menghafal kalamullah ini akan selalu mengahdangnya. Hatinya akan gelap dan keruh, serta hanya memikirkan duniawi tanpa memikirkan hubungan interaksi dengan Allah SWT.

g. Berganti-ganti mushaf Al-Qur‟an Berganti-ganti dalam menggunakan Al-Qur‟an juga akan menyulitkan seseorang dalam proses menghafal dan mentakrir Al- Qur‟an, serta dapat melemahkan hafalan.


b. Hal-Hal Yang Mendukung Dalam Menghafal Adapun beberapa hal yang dapat mendukung

proses berjalannya kegiatan menghafal sebagai berikut:

a. Usia yang ideal Seorang penghafal yang berusia relatif masih muda jelas akan lebih potensial daya serap dan resapnya terhadap materi-materi yang dibaca atau dihafal, atau didengarnya dibanding dengan mereka yang berusia lanjut, kendati tidak bersifat mutlak. Dalam hal ini, ternyata usia dini (anak-anak) lebih mempunyai daya rekam yang kuat terhadap sesuatu yang dilihat, didengar atau dihafal.

b. Manajemen Waktu Artinya penghafal harus mampu mengantisipasi dan memilih waktu yang dianggap sesuai dan tepat baginya uuntuk menghafal Al-Qur‟an. Adapun waktu-waktu yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Waktu sebelum terbit fajar b) Setelah fajar sehingga terbit matahari c) Setelah bangun dari tidur siang d) Setelah shalat e) Waktu di antara magrib dan isya f) Tempat Menghafal Dapat disimpulkan bahwa tempat yang ideal untuk menghafal itu adalah tempat yang memenuhi kriteria berikut: a) Jauh dari kebisingan b) Bersih dan suci dari kotoran c) Cukup ventilasi untuk terjaminnya penggantian udara d) Tidak terlalu sempit e) Cukup penerangan f) Mempunyai temeratur yang sesuai dengan kebutuhan g) Tidak memungkinkan timbulnya gangguan-gangguan, yakni jauh dari telepon, atau ruang tamu, atau tempat itu bukan tempat yang biasa untuk ngobrol.19 7. Kaidah Dalam Menghafal Al-Qur’an Ada beberapa kaidah dalam menghafal Al-Qur‟an, agar nantinya bisa membantu dan mendapatkan hafalan dengan maksimal. Beberapa kaidah
a. Ikhlas Betapapun harus ada niat yang ikhlas dan maksud yang baik. Sedapat mungkin orang berminat menghafal Al-Qur‟an adalah demi Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, demi beroleh surga dan keridhan-Nya.
b. Upaya Membenarkan Penguucapan dan Bacaan Sesudah itu, langkah berikutnya yang harus ditempuh ialah upaya membenarkan pengucapan dan bacaan Al-Qur‟an.
c. Upaya Membuat Target Hafalan Setiap Hari Bagi orang yang berminat menghafal Al-Qur‟an, sedapat mungkin dia harus membuat target hafala setiap harinya, beberapa ayat misalnya atau satu halaman ataupun satu lembar ataupun seperdelapan juz begitu seterusnya.
d. Jangan Beralih pada Hafalan Baru Sebelum Sempurna Benar Hafalan Lama Orang yang telah menghafal Al-Qur‟an, dia tidak boleh beralih pada hafalan yang baru kecuali kalau hafalan yang lama benar-benar sudah sempurna. Hal itu dimaksudkan adalah supaya apa yang telah dihafal betul- betul terpatri di dalam hati.
e. Gunakanlah Satu Mushaf Saja Diantara sesuatu yang benar-benar dapat membantu menghafal ialah menggunakan satu mushaf khusus. Soalnya seseorang itu bisa menghafal dengan melihat, sebagaimana halnya dia bisa menghafal dengan mendengar.
f. Memahami adalah Cara Menghafal Oleh karenya orang yang hendak menghafal Al-Qur‟an terlebih dahulu harus membaca tafsir ayat-ayat yang hendak dihafalkannya. Mengikat Awal Surah dengan Akhir Surah
g. Mengikat Hafalan dengan Mengulang dan Mengkajinya Bersama-sama 20 Abdurrahman Abdul Khaliq, Bagaimana Menghafal Al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar,1995), 13-24.

Memahami Isi Kandungan surah al-Falaq

Surah ini disebut “al- Falaq” diambil dari kata al- Falaq yang terdapat pada ayat pertama, yang artinya
waktu subuh. Terdiri dari 5 ayat. Termasuk golongan surah Makkiyah, karena diturunkan dikota
Makkah atau karena diturunkan sebelum nabi Muhamad Saw. hijrah ke kota Madinah. Termasuk
nomor urut surah yang ke-113 dalam al-Qur’an. Dalam surah al-Falaq berisi perintah agar kita selalu
berlindung kepada Allah Swt., Tuhan yang menguasai waktu subuh atau waktu malam ketika sudah
gelap gulita, berlindung kepada Allah Swt. dari segala macam kejahatan orang-orang yang jahat seperti
tukang hasud (pendengki). Orang yang dengki itu adalah orang yang tidak suka dengan kesenangan dan
kenikmatan yang dimiliki orang lain. Surah an-Nās dan surah al-Falaq adalah dua surah yang disebut
surah mu’awidzatain, artinya dua surah yang berisi meminta perlindungan kepada Allah Swt. dari
segala kejahatan.

B. Metode Talqin 1. Pengertian Metode Metode merupakan suatu alat dalam pelaksanaan pendidikan, yakni yang digunakan dalam penyampaian materi tersebut. Materi pelajaran yang mudah pun kadang-kadang sulit berkembang dan sulit diterima oleh peserta didik, karena cara atau metode yang digunakannya kurang tepat. Namun, sebaliknya suatu pelajaran yang sulit akan mudah diterima oleh peserta didik, karena penyampaian dan metode yang digunakan mudah dipahami, tepat dan menarik.21 Menurut Muhammad Afandi dkk. metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode pembelajaran.22 Para ahli pendidikan Islam telah mengemukakan arti terminologis dari metode, di antaranya Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Terkait hal ini, secara lebih rinci, Arifin menjelaskan bahwa asal kata metode mengandung pengertian “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang terdiri dari dua kata yaitu meta yang berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan atau cara”. Adapun metodologi berarti „ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”.23 Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya
Siti Maesaroh, “Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Kependidikan 1 (2013): 150–168. 22 Muhamad Afandi, Evi Chamalah, and Oktarina Puspita Wardani, Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah, Perpustakaal falaqional Katalog Dalam Terbitan (KDT), vol. 392, 2013. 23 Ali Maulida, “Metode Dan Evaluasi Pendidikan Akhlak Dalam Hadis Nabawi,” 

Pengertian Metode Talqin Metode Talqin, secara harfiah berasal dari kata talqin (at-talqin) merupakan bentuk mashdar dari laqqana – yulaqqinu – talqinan. Artinya: mendiktekan atau mencontohkan untuk ditirukan‟. Dalam al- Mu‟jam al- Wasid disebutkan: Ungkapan laqqana al-kalam (mentalqinkan ucapan), artinya: alqahu ilaihi liyu‟idahu (menyampaikan ucapan itu kepadanya agar ia dapat mengulang/menirukannya). Orang yang melakukan talqin disebut mulaqqin, sedangkan yang ditalqin disebut mulaqqan.25 Imam Ibnul Jazari membahas urgensi talqin dalam pengajaran Al- Qur‟an ini ketika beliau berbicara mengenai qira‟at. Beliau mengatakan bahwa qira‟at adalah sebuah ilmu mengenai cara membawakan kalimat- kalimat Al-Qur‟an yang diambil, dipelajari dan didengar secara langsung dari mulut seorang guru qira‟ah Al-Qur‟an (muqri‟). Sebab, qira‟ah adalah sesuatu yang tidak bisa diikuti kecuali dengan mendangarkan dan menerima secara verbal (musyafahah).26 Metode talqin lebih menekankan kepada peniruan anak kepada guru yang melafadzakan bacaan Al-Qur‟an lalu santri menirukan. Apabila santri salah dalam pengucapannya maka guru wajib memperbaiki bacaan santri tersebut. Metode talqin merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki perpaduan antara perbaikan bacaan Al-Qur‟an dengan hafalan sekaligus. Maka disini guru mencontohkan bacaan Al-Qur‟an secara sistematika dan ditirukan oleh murid dengan pengulangan tertentu. Metode talqin dapat digunakan untuk semua usia dan efektif digunakan dalam keseharian agar memudahkan dalam menghafal. Metode talqin adalah sebuah metode dalam pengajaran yang perlu digunakan dalam mengajarkan membaca Al-Qur‟an yang dimulai dengan cara mendengarkan bacaan Al-Qur‟an kepada anak didik, sebagian demi sebagian.

Setelah itu anak didik agar mendengarkan dan mengulangi bacaan tersebut perlahan-lahan hingga menimbulkan bacaan yang sempurna. Metode talqin di dalam keseharian dapat di samakan dengan metode pembiasaan, cara tersebut secara umum dilakukan dengan cara pembiasaan yang disesuaikan dengan kondisi anak. Ibnu Sina mengakui bahwa terdapat pengaruh dalam mengikuti atau meniru dalam pembelajaran. Karena secara thabiiyah anak cenderung mengikuti atau meniru kebiasaan apa yang didengar dan apa yang telah dilihatnya. Kunci metode ini memang ada pada gurunya. Karena guru yang akan melafalkan dengan detil setiap ayat untuk ditirukan. Kefasihan guru yang nantinya akan diikuti oleh siswa dalam metode ini. Sehingga siswanya bisa melafalkan dengan sempurna. Terdapat tiga unsur penting dalam penerapan talqin, yaitu pentalqin (mulaqqin), orang yang ditalqin (mulaqqan) atau orang yang belajar melalui talqin atau (mutalaqqin), dan bacaan (ayat atau surat) yang ditalqinkan. Pentalqin mencontohkan bacaan kepada pihak yang ditalqin, lalu yang ditalqin menirukan bacaan persis seperti yang ditalqinkan kepadanya. Jika terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian antara bacaan orang yang ditalqin dengan bacaan yang ditalqinkan oleh pentalqin kepadanya, maka pentalqin harus segera meluruskannya.28 Disini pentalqin melakukan koreksi sehingga orang yang ditalqin benar-benar berhasil menirukan bacaan sesuai dengan yang ditalqinkan kepadanya. Agar dapat ditangkap dengan baik ayat-ayat yang ditalqinkan dan agar mudah ditirukan, mula-mula pembacaannya dilakukan secara perlahan. Juga dipenggal menjadi beberapa potongan, baru kemudian disatukan. Ketika orang yang ditalqin benar-benar sudah dapat menirukan secara tepat, tinggal melakukan pengulangan tertentu sampai akhirnya hafal.29 Biasanya, kebanyakan dari kita kesulitan untuk menirukan kalimat Al- Qur‟an yang ditalqinkan jika kalimat (ayat) itu panjang. Bahkan, satu baris saja terasa panjang untuk diikuti dan ditirukan sekaligus. Terlebih jika kalimat itu terbilang belum familier atau jarang terdengar oleh orang yang hendak menghafalnya. Untuk memudahkan orang yang ditalqin agar bisa menirukan kalimat yang dibacakan kepadanya secara baik dan benar, perlu dilakukan pemenggalan. Bisa menjadi dua bagian atau lebih. Setelah itu, barulah digabung menjadi satu. Setiap penggalan dibacakan (ditalqinkan) dengan jumlah pengulangan tertentu. Lalu, dilanjutkan kepenggalan berikutnya dengan pengulangan yang serupa. Kemudian, kedua atau ketiga penggalan itu digabung dan ditalqinkan sekaligus secara berulang. Dalam memenggal kalimat suatu ayat dan mentalqinkannya, hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Kalimat yang dipenggal hendaklah utuh, Jangan memenggal kalimat yang memiliki keterkaitan hukum tajwid dengan kalimat selanjutnya, Setiap penggalan kalimat, dibaca (ditalqinkan) dengan harakat apa adanya, Dalam mentalqin, upayakan untuk membacakan secara alami saja, Hendaklah diperhatikan jika terjadi kesamaan dan kemiripan kata, kalimat atau ayat dalam satu halaman.30 3. Tahapan pembelajaran Al-Qur’an Metode Talqin Tahapan-tahapan pembelajaran Al Qur‟an metode Talqin dijabarkan sebagai berikut: a. Pembukaan,meliputi: Kegiatan pengkondisian para siswa untuk siap belajar dengan menata meja melingkar. Dilanjutkan salam pembuka dan membaca doa pembuka belajar Al Qur‟an bersama-sama. b. Pentalqin/guru tahfidz mencontohkan bacaan penggalan ayat kepada siswa. Sementara siswa menyimak tulisan pada mushaf yang dibaca guru dengan detail huruf perhurufnya. c. Yang ditalqin/siswa menirukan membaca (melihat tulisan) dengan bacaan persis seperti yang ditalqinkan kepadanya selama 5 kali. Selanjutnya siswa mengulang bacaan dengan menutup mushaf, dibaca 5 kali. d. Jika terdapat kesalahan bacaan, pentalqin/guru tahfidz harus segera mengoreksi kesalahan tersebut.5)Jika ayatnya panjang, maka satu ayat bisa di penggal menjadi beberapa penggalan.
e. Menggabungkan semua penggalan ayat menjadi satu hafalan dan mengulangnya sebanyak 5 kali. Dan begitu seterusnya. f. Kalimat yang dipenggal harus utuh dan memiliki kesatuan makna. g. Membaca penggalan dengan harakat apa adanya. h. Dibaca dengan lagu rost (lagu sederhana yang mudah ditirukan). i. Memperhatikan kesamaan kata pada ayat. C. Penelitian yang Relevan Dalam kajian penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh: 1. Hasil penelitian Anshari Batubara (2014) berjudul “Penggunaan Metode Mengajar Baris- Baris Kosog Dan Matriks Hafalan Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadis di MIN Tembung Tahun Ajaran 2012”. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menghafal siswa hasil dari siklus I dan II menghasilkan pada pertemuan I rata- rata 45,6. Pertemuan II 65,00. Pertemuan III 73,88. Pertemuan IV rata-rata 88,13. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pada kemampuan menghafal dengan menggunakan metode baris-baris kosong dan matrik hafalan, dibuktikan dengan perolehan nilai ata-rata hasil belajaran pada pertemuan I, II, III dan IV yaitu menunjukkan semakin meningkat. 2. Hasil penelitian Yulia Leni (2010) berjudul “Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menghafal Surat-Surat Pendek Melalui Strategi Card Sort Pada Siswa Kelas III MI al mursyidah Tahun Ajaran 2009”. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I kemampuan swa dalam menghafal hanya mencapai persentase 45%, kemudian pada siklus II kemampuan siswa dalam menghafal meningkat dengan persentase 65%, setelah diadakan perbaikan pada siklus ke III kemampuan siswa dalam menghafal mengalami peningkatan dengan sangat memuaskan dengan persentase 81%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan dalam kemampuan menghafal siswa dengan menggunakan strategi card sort. D. Kerangka Berfikir Keberhasilan di dalam kelas sangatlah mempengaruhi, karena dengan keberhasilan belajar siswa seorang pendidik akan lebih mudah untuk dapat menilai siswa dan dapat mengetahui kekurangan yang dimiliki peserta didiknya. Akan tetapi keberhasilan pembelajaran itu tidak akan tercapai tanpa adanya media, metode, strategi, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi keaktifan siswa. E. Hipotesis Tindakan Adapun hipotesi pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode talqin yang dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan kemampuan menghafal siswa pada mata pelajaran Al-Qur‟an hadis materi surah Al falaq pada siswa kelas III MI Al mursyidah.


BAB III
METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian Sesuai dengan jenis masalahnya maka penelitian ini lebih tepat menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) sebenarnya diawali dengan dari istilah “action research” atau penelitian tindakan. Secara umum “action research” digunakan untuk menemukan pemecahan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari- hari di mana pun tempatnya, baik di kantor, di rumah sakit, di kelas, maupun ditempat tugas- tugas lain. Istilah “action research” sangat dikenal dalam penelitian pendidikan, bahkan sudah merupakan aliran tersendiri. Untuk membedakannya dengan “action researh” dalam bidnag lain, para peneliti sering menggunakan istilah ”classroom action research” atau “clasroom research”. Dengan penambahan “classroom” pada “action research”, kegiatan lebih diarahkan pada pemecahan masalah pembelajaran melalui penerapan langsung di kelas, walaupun istilah “kelas” perlu dipahami lebih luas lagi, yaitu tidak hanya di dalam ruang kelas, tetapi di tempat mana saja guru melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.31 Adapun menurut Burns mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktis. Menurut Elliot penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya.32 Sedangkan menurut Hopkin bahwa penelitian tindakan adalah suatu proses yang dirancang untuk memberdayakan semua partisipan (siswa, guru, dan peserta lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di dalam pengalaman pendidikan. Semua partisipan adalah anggota aktif dalam proses penelitian.33 Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok pada ranah praktis yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas kinerja melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Adapun pendapat beberapa para ahli mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah : 1. Hopkins, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. 2. Kemmis dan Mc Taggart, PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. 3. Rochman Natawijaya, PTK adalah pengkajian terhadap masalah praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu. 4. Sunyanto, PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. 5. Tim PGSM, PTK adalah sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajara tersebut dilakukan.34 B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian Subjek Penelitian ini adalah pada siswa kelas III MI Al mursyidah Mancilan mojoagung jombang tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 10 siswa, 4 laki-laki dan 6 perempuan. 2. Objek Penelitian Objek Penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas siswa dan kemampuan menghafal siswa pada materi surah Al falaq di kelas IIIMI Al mursyidah mancilan mojoagung jombang dengan menggunakan Metode menghafal talqin. C. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Al mursyidah mancilan mojoagung jombang kelas III. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut adalah karena hasil yang diperoleh pada mata pelajaran Al-Qur‟an hadis dengan materi surah Al falaq tidak memuaskan dan penelitian yang sejenis belum pernah dilakukan di sekolah tersebut. D. Prosedur Observasi Penelitian ini direncanakan akan menggunakan dua siklus, yang mana siklus tersebut fungsinya adalah untuk melihat perubahan dari hasil belajar siswa. Desain penelitian yang dilaksanakan adalah desain Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan skema menurut Suharsimi Arikunto.


Gambar I. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Siklus I
1. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan dengan guru bidang study Al-Qur‟an hadis sebagai mitra kolaborasi untuk berdiskusi dan membahas tentang teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dalam pertemuan peneliti akan membahas dan menganalisa materi pelajaran, kemudian peneliti : a. Menentukan materi yang akan diajarkan sesuai dengan silabus dan kurikulum, yaitu surah AlAl falaq. b. Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang surah- Q.S Al falaq sesuai dengan metode/media yang akan digunakan. c. Mendiskusikan bahan dan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran nantinya melalui Metode menghafal talqin. d. Menyusun lembar observasi yang akan digunakan ketika dalam proses pembelajaran. e. Menyusun Teks untuk mengukur kemampuan menghafal siswa selama penelitian diterapkan. 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) I Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Metode menghafal talqin yang sesuai dengan rancangan pembelajaran, pelaksanaan siklus berlangsung sebanyak dua kali pertemuan. Pada akhir tindakan akan dilakukan tes dengan tujuan mengukur sejauh mana siswa memahami pelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain: a. Menjelaskan kepada siswa tentang teknis pembelajaran yang akan dilakukan. b. Memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana dalam menghafal surah Al- „Alaq dengan baik dan benar. c. Memberikan kesempatan kepada siswa bagaimana dalam pelaksanaan praktek menghafal surah AlAl falaq yang telah dijelaskan oleh guru. d. Membimbing siswa dalam menghafal. e. Memberikan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya tentang penggunan metode menghafal talqin yang telah diterapkan. 3. Pengamatan (Observing) Dalam tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas secara langsung dan proses pembelajaran agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya dan observasi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang akan dikehendaki. 4. Refleksi I Kegiatan refleksi dilakukan dengan mempertimbangkan pedoman mengajar yang telah dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya kelemahannya dan kekurangannya untuk dapat diperbaiki dalam siklus kedua.

Siklus II 1. Perencanaan (Planning) II Dari hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan pada tindakan yang pertama dengan menemukan alternatif permasalahan yang muncul pada siklus I yang selanjutnya akan diperbaiki pada siklus II dengan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan masa sama yaitu : a. Menentukan materi yang akan diajarkan sesuai dengan silabus dan kurikulum, yaitu surah Al falaq. b. Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang surah-Q.S Al falaq sesuai dengan metode/media yang akan digunakan. c. Mendiskusikan bahan dan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran nantinya melalui Metode menghafal talqin. d. Menyusun lembar observasi yang akan digunakan ketika dalam proses pembelajaran. e. Menyusun Teks untuk mengukur kemampuan menghafal siswa selama penelitian diterapkan. 2. Pelaksanaan tindakan II Pada tahap ini yang akan dilaksanakan ialah : peneliti melaksanakan pembelajaran dengan Menggunakan Metode menghafal talqin pada materi pelajaran surah-Q.S Al falaq yang sesuai dengan rancangan yang telah disusun oleh peneliti pada tahap perencanaan antara lain: a. Melakukan apersepsi kepada siswa tentang teknis pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus sebelumnya. b. Menjelaskan kembali kepada siswa bagaimana dalam pelaksanaan menghafal surah Al falaq dengan baik dan benar dengan menggunakan Meode menghafal talqin. c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanaan/ praktek menghafal yang telah dijelaskan oleh guru. d. Membimbing siswa dalam menghafal surah Al falaq sesuai metode. e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya tentang penggunan metode menghafal talqin yang telah diterapkan. 3. Pengamatan (Observing) II Seperti pada siklus I, pengamatan dilaksanakan untuk melihat perubahan yang telah terjadi pada siswa, juga dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan menghafal terhadap materi yang telah diberikan dengan menerapkan Metode talqin ini. Dan hasil pengamatan akan ditindak lanjuti dengan analisis untuk bahan refleksi. 4. Refleksi II Pada tahap ini, peneliti berharap tidak ada lagi hambatan atau kesulitan yang dialami siswa sehingga akan tercapai ketuntasan baik secara individu maupun secara klasikal. Jika ada kesulitan yang dialami siswa, maka akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya yang tahap pelaksanaannya sama dengan pelaksanaan tahapan tindakan pada siklus II. Siklus III 1. Perencanaan (Planning) III Dari hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan pada tindakan yang pertama dengan menemukan alternatif permasalahan yang muncul pada siklus II yang selanjutnya akan diperbaiki pada siklus III dengan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan masa sama yaitu : a. Menentukan materi yang akan diajarkan sesuai dengan silabus dan kurikulum, yaitu surah Al falaq. b. Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang surah-Q.S Al falaqsesuai dengan metode/media yang akan digunakan. c. Mendiskusikan bahan dan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran nantinya melalui Metode menghafal talqin. d. Menyusun lembar observasi yang akan digunakan ketika dalam proses pembelajaran. e. Menyusun Teks untuk mengukur kemampuan menghafal siswa selama penelitian diterapkan. 2. Pelaksanaan tindakan III Pada tahap ini yang akan dilaksanakan ialah : peneliti melaksanakan pembelajaran dengan Menggunakan Metode menghafal talqin pada materi pelajaran surah-Q.S Al falaqyang sesuai dengan rancangan yang telah disusun oleh peneliti pada tahap perencanaan antara lain: a. Melakukan apersepsi kepada siswa tentang teknis pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus sebelumnya. b. Menjelaskan kembali kepada siswa bagaimana dalam pelaksanaan menghafal surah Al falaq dengan baik dan benar dengan menggunakan Meode menghafal talqin. c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanaan/ praktek menghafal yang telah dijelaskan oleh guru. d. Membimbing siswa dalam menghafal surah AlAl falaq sesuai metode. e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya tentang penggunan metode menghafal talqin yang telah diterapkan. 3. Pengamatan (Observing) III Seperti pada siklus II, pengamatan dilaksanakan untuk melihat perubahan yang telah terjadi pada siswa, juga dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan menghafal terhadap materi yang telah diberikan dengan menerapkan Metode talqin ini. Dan hasil pengamatan akan ditindak lanjuti dengan analisis untuk bahan refleksi. 4. Refleksi III Pada tahap ini, peneliti berharap tidak ada lagi hambatan atau kesulitan yang dialami siswa sehingga akan tercapai ketuntasan baik secara individu maupun secara klasikal. Jika ada kesulitan yang dialami siswa, maka akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya yang tahap pelaksanaannya sama dengan pelaksanaan tahapan tindakan pada siklus III. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akan nantinya diperoleh dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Tes Tes yaitu instrumen untuk mengukur perilaku, atau kinerja seseorang. Alat ukur tersebut berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada masing-masing subyek yang menuntut penemuan tugas-tugas kognitif. Respon atau jawaban yang diberikan subyek terhadap pertanyaan tersebut diberi nilai angka yang mencerminkan karakteristik subyek. 2. Observasi Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulan informasi, observer dapat dicatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun untuk mengetahui sejauh mana tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.36 3. Wawancara Yaitu dengan mengadakan Tanya Jawab secara langsung kepada responden. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi dari guru serta kegiatan, pembelajaran dan kendala-kendala yang dihadapi siswa pada saat pembelajaran. 4. Dokumentasi Dokumentasi, Yaitu pengolahan data dokumen dari hasil evaluasi siswa dengan menggunakan Metode menghafal talqin. F. Teknik Analisis Data Data dalam penelitian ini dianalisis untuk mengetahui kesimpulan terhadap pelaksanaan penerapan Metode menghafal talqin, melihat tingkat keberhasilan siswa, dengan menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman yaitu; 1. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusutan, pemerhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan- catan tulisan yang ada di lapangan. 2. Penyajian data Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk mengetahui nilai ketuntasan siswa dari kemampuan menghafal dengan soal berbentuk pilihan berganda yang terdiri dari 4 (empat) pilihan dimana jawaban yang benar diberi nilai 5 (lima) dan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0 (nol). a. Daya Perorangan Rumus Individu Nilai = x100 Kriteria Nilai ketuntasan N>75 Tuntas N<75 Belum Tuntas b. Daya Serap Klasikal Untuk mengetahui persen siswa yang sudah tuntas belajar secara klasikal digunakan rumus: PKK = x 100% Keterangan : PKK = Persen Keberhasilan Klasikal P = Jumalah siswa ketuntasan >75 N = Jumlah siswa pada kelas tersebut c. Rumusan rata-rata Analisi data dilakukan dengan berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan dengan menggunakan : P = x100% P = Angka prestasi P= jumlah siswa yang mengalami perubahan N= jumlah seluruh siswa Kategori penilaian

90%-100% = Baik sekali 80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
60%-69% = Kurang
0%-59% = Sangat Kurang

3. Verifikasi Kegiatan verifikasi dilakukan terhadap kesalahan jawaban menafsirkan dan membuat kesimpulan tentang jawaban tersebut. 4. Penarikan kesimpulan Dalam kegiatan ini ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus berikutnya dan perlu tidaknya siklus I dilanjutkan atas permasalahan yang diduga.



BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Paparan Data 1. Letak geografis dan identitas MI Al mursyidah MI Al-Mursyidah adalah salah satu sekolah yang berada di desa mancilan mojoagung jombang. Lokasi sekolah tepatnya berada di dusun mancilan RT 03 RW 02. Kondisi geografisnya berada di wilayah dataran rendah, dengan titik koordinat garis lintang -6.938155 dan garis bujur 112.06322 Nama sekolah : MI Al mursyidah NPSN 60718306 N.S.M 111235230135 Provinsi : Jawa Timur Kabupaten : jombang Kecamatan : mojoagung Desa/Keluarahan : jombang Kode Pos 62381 Daerah : Pedesaan Status Sekolah : Swasta Nama Kepala Sekolah : azis sunhadi, S.Pd.I
2. Sejarah Singkat Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al-mursyidah Madrasah Ibtidaiyah Al mursyidah awal berdiri pada tahun 1979. Sesuai SK pendirian madrasah No. 22 pada tanggal 21 November 1981 Madrasah ini sejak berdiri hingga kini dipimpin oleh kepala sekolah yang sudah berganti beberapa kali dan sekarang dipimpin oleh bapak azis sunhadi, S.Pd.I. SK Ijin Operasional terbaru Madrasah Ibtidaiyah Al mursyidah dengan nomor tahun 2016 pada tanggal 04 November 2016 dan telah terakreditasi “B”, hingga sekarang murid MI Al-Mursyidah terus bertambah setiap tahunnya. Menurut data terkini siswa/siswi yang terdaftar di madrasah ini hingga sekarang yaitu berjumlah 76 orang, dengan siswa 46 orang dan siswi 30 orang. Siswa/siswi yang telah lulus dari madrasah ini juga telah banyak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu ke sekolah-sekolah seperti SMP, Mts dan Pesantren baik yang Negeri maupun Swasta.
3. Visi Misi MIS Al Al mursyidah a. Visi Cerdas, Trampil, Berakhlaqul Karimah dan Qur‟ani
b. Misi 1) Menyelenggarakan pendidikan secara efektif sehinga siswa berkembang secara maksimal. 2) Menyelenggarakan pengembangan diri sehingga siswa dapat berkembang sesuai minat dan bakatnya. 3) Menumbukembangkan prilaku terpuji dan praktek nyata sehingga dapat menjadi teladan bagi teman dan masyarakat. 4) Menerapkan pembelajaran prilaku aktif, kreatif dan menyenangkan dalam mengoptimalkan daya pikir siswa. 5) Menumbuhkembangkan lingkungan dan prilaku religius sehingga siswa dapat menghayati dan mengamalkan agama secara nyata. 6) Mebiasakan hafalan Al-Qur‟an terutama Juz „Amma dan menerapkan nilai Qur‟ani dalam kehidupan. 4. Tenaga Pendidikan dan Kependidikan Keadaan tenaga pendidikan dan kependidikan di MI Al-Mursyidah desa mancilan keseluruhan berjumlah 11 orang. Dan dari 11 orang guru di sekolah tersebut keseluruhannya merupan pegawai honorer atau bukan PNS.
Guru di MI Al-Mursyidah desa Penambangan tersebut kebanyakan berlatar belakang sarjana pendidikan (S.Pd) maupun sarjana pendidikan islam (S.Pd.I), seperti halnya kepala sekolah tersebut yang menyandang gelar S.Pd.I.
Tabel I

Tenaga Pendidik dan Kependidikan MI Al mursyidah

No Nama Bidang 1 Azis sunhadi, S.Pd.I Kepala Madrasah 2 Endang Kartini, S.Pd Wali Kelas 1 3 Zainun Uswatun Shofwah, S.Pd Wali Kelas 2 4 Lamsidah, S.Pd.I Wali Kelas 3 5 Nur Aini Rahmawati, S.Pd Wali Kelas 4 6 Ina Khoiriatun Ni‟mah, S.Pd Wali Kelas 5 7 Fajar Indah Dwijayanti, S.Pd Wali Kelas 6 8 Nofia Wulandari, S.Pd Guru B.arab 9 mahfud, S.Pd.I Guru qurdis
5. Data Siswa Siswa siswi di MI Al-Mubarok desa Penambangan ini berjumlah keseluruhan 76 orang, dengan rincian 35 laki-laki dan 41 perempuan, untuk keseluruhan beragama islam.

Tabel II

Data siswa/siswi di MI Al mursyidah

Kelas Jenis Kelamin Jumlah LK PR 1 13 10 23 2 3 3 6 3 4 6 10 4 9 11 20 5 5 2 7 6 4 6 10


6. Kondisi Sarana dan Prasarana Madrasah a. Status Kepemilikan Tanah

No. Kepemilikan
Luas Tanah (m2) Menurut Status Sertifikat Sdh Sertifikat Blm Sertifikat Total 1. Milik Sendiri 1.991 0
1.991 2. Sewa / Pinjam 0 0
0

b. Jumlah dan Kondisi Bangunan

No.

Jenis Bangunan
Jumlah Ruang Menurut Kondisi (Unit) Baik Rusak Ringan Rusak Berat 1. Ruang Kelas 3 2 0 2. Ruang Kepala Madrasah 0 1 0 3. Ruang Guru 1 0 0 4. Ruang Tata Usaha 0 1 0 5. Mushalla 1 0 0 6. Toilet Guru 2 0 0 7. Toilet Siswa 2 0 0 c. Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran


No.
Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah Menurut Kondisi (Unit) Baik Rusak Ringan Rusak Berat 1. Kursi Siswa 40 20 5 2. Meja Siswa 20 10 2 3. Kursi Guru di Ruang Kelas 4 2 0 4. Meja Guru di Ruang Kelas 4 2 0 5. Papan Tulis 2 4 0 6. Lemari di Ruang Kelas 2 4 0 7. Bola Voli 0 0 0 8. Bola Sepak 1 1 0 d. Sumber Listrik : PLN e. Sumber Air Bersih : PDAM f. Jaringan Internet : Baik
40
7. Ekstra Kulikuler Adapun ektrakulikuler di MI Al-Mursyidah yang masih aktif sampai saat ini yaitu:
1) Pramuka
2) Madrasah Tahfidz
3) Rebana 4) Tari B. Uji Hipotesis 1. Pra Tindakan Pra tindakan dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran, dimana pra tindakan ini dilakukan sebelum diterapkannya metode menghafal talqin dalam pembelajaran dan sebelum dilakukan siklus I, siklus II dan siklus III. Pra tindakan ini dilakukan dengan memberikan sebuah tes/pree tes kepada siswa dalam bentuk tes tertulis. Maka data dari hasil tes/pree tes sebagai berikut:

Tabel III

Data Ketuntasan belajar Siswa Pra Tindakan/Pre Tes No Nama Siswa Nilai Keterangan Tuntas Tidak Tuntas 1 Liya Fakhrina 85 V 2 Luh Aura Bening 80 V 3 Manda 60 V 4 Tara 60 V 5 Diva 65 V 6 Raihan 60 V 7 Andre 45 V 8 Dika Musyawir 55 V 9 Dilla 85 V 10 Zaki Fikri 45 V Jumlah 640 3 7 Rata – Rata 64 30% 70% Ketuntasan belajar klasikal 30%
41


Menjawab soal-soal pre test masih tergolong sangat rendah, terbukti dari 10 siswa hanya 3 orang siswa (30%) yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar siswa dengan nilai KKM ≥75. Sedangkan 7 orang siswa (70%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai KKM ≤75. Dan nilai rata-rata hasil tes siswa sebelum diterapkan metode menghafal talqin yaitu 64 dan secara klasikal pembelajaran dikatakan belum tuntas. 2. Tindakan Pertama (siklus I) a. Permasalahan Berdasarkan pengamatan langsung dan hasil tes awal dengan siswa setelah dilakukan pre test (tes awal), diperoleh bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengingat materi surah Al falaq. Adapun hasil pre test dan pengamatan langsung yang dilakukan, permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Al-Qur‟an Hadis materi surah Al-alaq pada umumnya: 1) Pemahaman dan penguasaan siswa dalam materi Surah AlAl falaq tergolong masih cukup rendah. 2) Kurangnya kemampuan dalam mengingat/ menghafal ayat pada surah Al-alaq. 3) Kurangnya semangat siswa dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an Hadis. Dari permasalahan diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa harus dilakukan tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan menghafal siswa dengan menggunakan metode talqin. b. Perencanaan Tindakan I Setelah diperoleh letak kesulitan dari hasil pengamatan dan pre test (tes awal), maka ditahap ini yang dilakukan peneliti adalah merencanakan tindakan yaitu sebagai berikut: 1) Menyusun pre test 2) Membuat Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pembelajaran. 3) Mempersiapkan bahan, media dan sumber belajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. 4) Membuat lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian
42


metode mengahafal talqin materi surah Al falaq 5) Menyusun alat observasi, untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan penelitian diterapkan. c. Pelaksanaan Tindakan I Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dimana peneliti bertindak sebagai guru di kelas. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode menghafal talqin. Materi yang diajarkan adalah surah Al-alaq. Penelti melaksanakan tindakan kegiatan pembelajaran berdasakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pertemuan I Pada pertemuan siklus I ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode menghafal talqin yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, pada akhir pembelajaran dilakukan tes tentang sejauh mana siswa memahami pelajaran. Kemudian kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah: 1) Menerapkan tindakan yang mengacu pada RPP. 2) Guru memberi salam, berdo‟a dan mengabsen siswa. 3) Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dicapai. 4) Guru mengajak siswa membaca materi yang akan dibahas bersama- sama. 5) Guru meminta siswa membentuk lingkaran. 6) Guru meminta siswa menirukan bacaan guru kata perkata diulang selama 5 kali sambil membuka/membaca mushaf. 7) Guru meminta siswa untuk menutup mushaf lalu membaca tanpa membuka mushaf selama 5 kali. 8) Guru meminta siswa satu persatu membaca sesaui contoh bacaan guru dari potongan-potongan kata dalam setiap ayat dari surat al-alaq. 9) Setelah memastikan satu ayat sudah dihafal dengan bacaan standart, maka guru melanjutkan pada materi ayat berikutnya. 10) Guru memberikan setiap siswa lembar evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dlam mengingat materi surah AlAl falaq yang telah dipelajari. 11) Guru mengajak siswa berdo‟a dan menutup pelajaran. d. Observasi I Pada tahap ini, dilakukan observasi pada peneliti yang sekaligus menjadi guru dan siswa kelas III Al mursyidah. Observasi yang dimulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai akhir pelaksanaan tindakan untuk melihat keterampilan guru dalam mengajar dan melihat aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Berikut ini hasil observasi pada siklus I ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel IV

Data Hasil Observasi Guru Pada Siklus I

Nama Sekolah : MI Al mursyidah Kelas/Semester : III(tiga) / 1 Mata Pelajaran : Al-Qur‟an Hadis Materi : Q.Sal falaq
Tahun Pelajaran : 2021/2022 No Kegiatan 1 2 3 4 A Membuka Pembelajaran 1 Menarik perhatian siswa √ 2 Penampilan mengajar dan mengambil posisi √ 3 Memberi motivasi terhadap siwa √ B Mengelola Kegiatan Belajar Mengajar
1
Menyediakan sumber belajar yang bersangkutan dengan materi surah AlAl falaq

2
Menyampaikan materi surah AlAl falaqmenggunakan metode menghafal talqin dalam Pembelajaran

3 Memberi penguatan √ C Mengorganisasikan Waktu, Siswa dan Fasilitas Belajar 1 Mengatur penggunaan waktu √ 2 Mengorganisasikan murid √ 3 Mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar √

D Komunikasi Dengan Siswa

1
Mengajak siswa membaca bersama untuk memperbaiki bacaan siswa pada materi surah al falaq menggunakan metodemenghafal talqin

2
Menanggapi dan mengoreksi kesalahan- kesalahan dalam Membaca

3 Mengembangkan hafalan siswa √ E Mengadakan Evaluasi 1 Memberikan soal latihan tentang materi Surah Al- Al falaq √ 2 Memberikan waktu yang cukup pada saat evaluasi Berlangsung √ 3 Memberikan penghargaan atau pujian √ Jumlah 42

Kriteria Penilaian: 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Sangat Kurang

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan jumlah skor 42 dan diperoleh nilai 70 % adalah nlai dengan kategori cukup, berarti peneliti sudah melaksanakan penelitian dengan baik, namun perlu diperbaiki pada beberapa item agar hasil yang diperoleh lebih maksimal lagi. Selama proses berlangsung peneliti mengamati reaksi yan timbul ketika proses kegiatan belajar mengajar tersebut berlangsung, peneliti melihat selama proses pembelajaran berlangsung masih terdapat sebagian siwa yang belum fokus dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel V

Data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I
1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Baik Sekali
No Keterangan 1 2 3 4 1 Memperhatikan penjelasan guru saat memberikan penjelasan tentang materi surah Al falaq √ 2 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru tentang materi surah Al falaq √ 3 Keseriusan dalam menghafal pada materi surah Al falaq √ 4 Aktif dalam menjawab pertanyaan guru √ 5 Kemampuan menghafal dalam materi surah AlAl falaq √ Jumlah 12

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa selama pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan jmlah skor 12 dan diperoleh nilai 60 % tergolong dalam kategori cukup. Dan hal ini belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti, masih ada beberapa hal yang dianggap masih kurang dan perlu diadakan perbaikan. Diakhir pelaksanaan siklus I, siswa dberi tes I yang bertujuan untuk melihat keberhasilan tindakan yang diberikan. Adapun data hasil tes I dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel IV

Data Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes I Data Ketuntasan belajar Siswa Pra Tindakan/Pre Tes
No Nama Siswa Nilai Keterangan Tuntas Tidak Tuntas 1 Liya Fakhrina 86 V

2 Luh Aura Bening 85 V 3 Manda 80 V 4 Tara 78 V 5 Diva 76 V 6 Raihan 60 V 7 Andre 60 V 8 Dika Musyawir 65 V 9 Dilla 80 V 10 Zaky Fikri 50 V Jumlah 720 6 4 Rata – Rata 72 60% 40% Ketuntasan belajar klasikal 60%

Dari tabel diatas, terlihat kemampuan siswa sudah mengalami kemajuan. Dari hasil kegiatan tes yang dilakukan pada siklus I terjadi peningkatan pada siswa yang “Tuntas”, dan terjadi penurunan pada siswa yang “Belum Tuntas”. Dari tabel diatas dapat diketahui hasil tes pada siklus I bahwa dari 10 siswa terdapat 6 (60 %) siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai KKM >75, sedangkan 4 siswa (40%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai KKM ≤ 75 dan nilai rata- rata hasil tes siswa yaitu 72. Metode menghafal talqin yang dilakukan sudah dapat meningkatkan kemampuan menghafal siswa tetapi belum mencapai ketuntasan dengan nilai KKM > 75. Oleh karena itu, peneliti akan melanjutkan penelitian ini pada tahap kedua (Siklus II). e. Analisis Data 1) Reduksi Data Reduksi data bertujuan untuk mentransformasikan data yang diperoleh dari lapangan kedalam bentuk transkip catatan. Dari hasil tes belajar I diperoleh bahwa masiih banyak ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam menghafal pada materi surah Al falaq 2) Memaparkan data Data yang sudah direduksi kemudian dijelaskan dengan paparan data. Berdasarkan tes hasil belajar siklus I diperoleh paparannya yang terdapat pada tabel diatas. Dari tabel tersebut dapat diketahui dari 10 siswa terdapat 6 (60 %) siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai KKM >75, sedangkan 4 siswa (40%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai KKM ≤ 75 dan nilai rata-rata hasil tes siswa yaitu 72. 3) Kesimpulan Dari tes hasil belajar I diperoleh peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari tes sebelumnya adalah 64 menjadi 72. Dari hasil observasi, kegiatan pembelajaran pada siklus I ini termasuk kategori rendah. Hasil ini digunakan sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menghafal siswa. f. Refleksi I Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kemampuan menghafal siswa dari tes hasil belajar pada siklus I masih rendah dan masih terdapat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi surah Al-alaq, yaitu 4 siswa dengan nilai persentase 40 %. Selain itu,siswa juga masih kesulitan dalam mejawab pertanyaan- pertanyaan yang diberikakn kepada mereka tentang surah Al falaq.
Sedangkan siswa yang mengalami ketuntasan nilai KKM > 75 berjumlah 6 orang dengan nilai persentase 60 %. Berdasarkan data tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan tindakan unik siklus II.


DAFTAR PUSTAKA


Lutfi, Achmad. (2012), Pembelajaran Al-Qur‟an dan Hadis, Jakarta: Kementerian Agama RI.

Yunus, Mahmud. (1999), Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung. Nawabuddin Abdurrab (1991), Teknik Menghafal Al-Qur‟an, Bandung: Sinar Baru.

Agama, Kementrian RI. (2010), Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahnya, Jakarta: PT Sygma Examedia Arkanleema.

Gani, Abd. (2009), Kajian Sejarah dan Perkembangannya , Ulumul Quran, Vol.1.
Drajat ,Amroeni. (2017), Ulumul Qur‟an Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, Depok:
Kencana, Aidah Asnil. (2009), Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, Bandung: Citapustaka Media Petrintis.

W, Al-Hafidz Ahsin, (2000), Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, Jakarta: Bumi Aksara.
Nizhan, Abu. (2008), Buku Pintar Al-Qur‟an, Jakarta: Qultum Media.
Badwilan, Salim Ahmad. (2009), Panduan Cepat Menghafal Al-Qur‟a dan Rahasia-rahasia Keajaibannya, Jogjakarta: DIVA Press.

Arham, (2014), Agar Sehafal Al-Fatihah, Depok: Hilal Media Grup.

Shonhaji, Abdullah. (1992), Terjamah Sunan Ibnu Majah, Bab keutamaan Orang Yang Belajar Al-Qur‟an dan Mengajarkannya, no. 215, Semarang: CV Asy Syifa‟.

Moh., Zuhri, (1992), Terjemah Sunan At-Tirmidzi, BabTentang Keutamaan Al- Qur‟an Dari Rasulullah saw, no. 3076, Semarang: CV Asy Syifa‟.

Wahid, Alawiyah Wiwi, (2014), Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an, Jogjakarta: Diva Press.

Khaliq, Abdul Abdurrahman, (1995), Bagaimana Menghafal Al-Qur‟an, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar.

Hakim, Zikrul Tim, (2016), Juz „Amma Tajwid Warna 10 in 1, Jakarta: Zikrul Hakim.
49


Chirzin, Muhammad, (2016), Tafsir Al-Fatihah dan Juz Amma, Jakarta: Percetakan PT Gramedia.

Aziz, Abdul, (2017), Hafal Al-Qur‟an dan Lancar Seumur Hidup, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Qasim, Amjad, (2013), Meski Sibuk Pun Bisa Hafal Al-Qur‟an, Solo: Al-Kamil Publishing.

Wahidi, Ridhoul, (2017), Hafal Al-Qur‟an Meski Sibuk Sekolah, Jakarta: PT Elex Komputindo.

Hidayatullah, (2016), Jalan Panjang Menghafal Al-Qur‟an 30 Juz, Jakarta: Pustaka Ikadi. Zuhairini, (2010), Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani.

Arfa, Ananda Faisar, Syam,Syafruddin dan Albani Syukri Muhammad, (2015), Metode Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo.
Qomar, Mujamil, (2007), Epistimologi Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga.
Muslich Masnur, (2010), Melaksanakan PTK Itu Mudah, Jakarta : PT Bumi Aksara.

Sanjaya Wina, (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Kencana Prenada group.

Prastowo, Andi, (2008), Memahami Metode-Metode Penelitian, Jogjakarta : Ar- Ruzz Media.

Arikunto, Suharsimi dkk,(2008), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina, (2013), Penelitian Pendidikan, Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Siti Maesaroh, “Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Kependidikan 1 (2013): 150–168.

Muhamad Afandi, Evi Chamalah, and Oktarina Puspita Wardani, Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah, Perpustakaal falaqional Katalog Dalam Terbitan (KDT), vol. 392, 2013.

Ali Maulida, “Metode Dan Evaluasi Pendidikan Akhlak Dalam Hadis Nabawi,” Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 2 (2015): 855–869, http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/284/255.
50


Dedy Yusuf Aditya, “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Resitasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa,” SAP (Susunan Artikel Pendidikan) 1, no. 2 (2016): 165–174.

AS, Salafuddin , (2018). Ngaji Metal (Metode Talqin).Jakarta Selatan: Wali Pusaka.

Alwizar, “Pemikiran Ibnu Sina,” An-Nida: Jurnal Pemikiran Islam 40 (2015): 18.

Kegiatan pembelajaran

Bagikan artikel ini:

Beri Komentar

Aziz Sunhadi, S. Ag.

- Kepala Sekolah -

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua....

Berlangganan
Banner